Selasa, 29 Mei 2012

Jejak Aceh di Maluku

Raja Aceh Dibuang ke Maluku
Dari segi karakter, orang Maluku sama keras dengan orang Aceh. Menghadapi watak ini dengan sikap tegas oleh para pemimpin. inilah sejarah tersebut. Sultan Muhammad Daud Syah (1878-1939) bersama iterinya Teungku Putroe Gambo Gadeng bin Tuanku Abdul Majid,anaknya Tuanku Raja Ibrahim,Tuanku Raja Ibrahim, Tuanku Husin, Tuanku Johan Lampaseh,Panglima Sagi Mukim XXVI, Keuchik Syekh dan Nyak Abas dibuang ke Ambon, Maluku pada 24 Desember 1907 dan pada tahun 1918 diungsikan ke Batavia (Jakarta) karena terlalu dekat dengan orang Bugis di Maluku. Kemudian dia mangkat pada 6 Februari 1939 di sana dan dikebumikn di pekuburan rakyat Rawamangun Jakarta. Kondisi kuburan tersebut tidak memperlihatkan makam raja Aceh layaknya makam raja-raja yang terawat bersih dan diketahui oleh masyarakat.
Kasim Arifin
Jejak selanjutnya orang Aceh yang ? membuang? diri ke Maluku yakni Muhammad Kasim Arifin (alm). Putra Aceh Timur mengabdi di Waimital bagian selatan Pulau Seram Maluku selama 15 tahun. Saya ingat kala menjadi mahasiswa beliau di Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala Banda Aceh pada tahun 1990-an yakni disela-sela memberi kuliah, dia memperlihatkan papan nama Jalan Kasim Arifin di Waimital. Kisah pengabdian yang mengharu ini diawali ketika Kasim yang mahasiswa IPB Bogor pada tahun 1964 menjalani program “Pengerahan Tenaga Mahasiswa” (seperti Kuliah Kerja Nyata ) selama beberapa bulan dengan tugas memperkenalkan program Panca Usaha Tani. Kasim jatuh cinta dengan daerah itu dan lupa pulang kalau dia masih berstatus mahasiswa. Kasim yang cerdas, hidup sederhana dan lain-lain menikmati kerja di sana hingga dia disapa Antua, sebutan bagi yang dihormati di Maluku.
Orang Aceh yang berpengaruh di Maluku baik di masa lalu atau sekarang. Tersebutlah nama Dr. Abdul Gafur bin Tengku Idris. Pada tahun 1980-an, rakyat Aceh bertanya-tanya mengapa Gafur yang dikenal dari Maluku bisa membawa nama Aceh dalam kampanye politik di Aceh. Kala itu, mantan Menteri Negara Pemuda dan Olah Raga pada masa Kabinet Pembangunan IV menyebutkan dirinya juga orang Aceh. Ayahnya Teungku Idris adalah seorang pejuang yang dibuang oleh Belanda ke Maluku. Agaknya, dia bisa pakai dua kaki tergantung kepentingan. Nama juga politikus.
Kata Ambon terus bersemedia di Aceh. Ada pria keturunan Ambon yang lebih populer dengan sebutan Bram Aceh. Kala itu ayahanya menjadi tentara Belanda di Banda Aceh. Bram Aceh adalah penyanyi keroncong terkenal yang lahir di Aceh pada 4 Maret 1913 dan meninggal dunia di Jakarta pada 8 Mei 2001. Bram Aceh merupakan kakek penyanyi masyhur yaitu Harvey Malaiholo
Nama-nama berbau Maluku tak pernah padam di Aceh. Ketika membezuk kuburan Kerkhof di Banda Aceh, di antara 1.200 kerangka serdadu Belanda termasuk pasukan elit Marsose di sana, terdapat ratusan nama-nama yang lazim dipakai di Maluku, Jawa, Menado dan lain-lain yang dikirm ke Aceh dengan ujung bayonet untuk memburu pejuang Aceh.

Sumber :  http://acehpedia.org/Jejak_Aceh_di_Maluku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar