Oleh Mariska Lubis (*
Tepat
seperti yang sudah saya duga, almarhum Hasan Tiro yang luar biasa
gantengnya itu, pasti menjadi ganteng karena sejarah dan menulis. Tidak
mungkin beliau dapat menjadi seorang Aceh sejati, sangat mencintai
Aceh, dan setia pada perjuangannya untuk Aceh bila beliau tidak
mengenal Aceh dengan baik lewat sejarah yang dipelajarinya. Tidak
mungkin juga beliau dapat bertahan sekian lama dan memiliki pemikiran
yang sangat jenius dan luar biasa, bila beliau tidak selalu mengasah
pikirannya lewat menulis.
Senang sekali hati ini mendapat
kesempatan bertemu dengan Bapak Dr. Zaini Abdullah untuk mendengarkan
banyak kisah dan cerita serta pelajaran berharga. Saya dan Gen-K
ingin bertemu dengan beliau, selain untuk silaturahmi, juga sekaligus
ingin mendengarkan langsung dari seorang pejuang Aceh yang sangat
dihormati, tentang apa dan siapa Aceh, GAM, dan Hasan Tiro. Tentunya
tidak sembarang orang mampu untuk menjawabnya dengan benar karena
terlalu banyak pembenaran di luar sana sehingga sulit membedakan mana
yang sebenarnya.
Saya sangat menyesal sekali karena tak
dapat berbahasa Aceh padahal, Dr. Zaini sangat dengan bahasa Aceh.
Saya yakin, meski tak mengerti bahasa Aceh, namun dari caranya
bertutur dalam bahasa Indonesia, bahasa Aceh yang digunakannya berkelas
diplomat. Tidak pernah sekalipun beliau tidak mampu memberikan jawaban
dan selalu positif. Selalu mampu menempatkan dirinya dengan baik,
menggunakan intonasi yang lembut, dan kata-kata yang digunakan pun
ditata dengan sebaik mungkin. Bagi saya, itu saja sudah menunjukkan
"kelasnya" tersendiri.
Meskipun
banyak yang menilai bahwa para pejuang Aceh yang sekarang berada di
Partai Aceh sangatlah tertutup, namun bagi saya itu menjadi sebuah
kelebihan tersendiri. Ekslusifitas kaum elite memang seharusnya tidak
sembarangan bicara. Segala sesuatunya harus sesuai dengan posisi, waktu,
dan tempatnya. Jika obral sana obral sini, meskipun tampaknya lebih
dekat dengan masyarakat, namun kecenderungannya lebih kepada eksistensi
dan pengakuan, bahkan pembodohan. Toh, mereka yang benar tak perlu
harus menjdi difensif dan ofensif dengan membuat pembenaran-pembenaran
agar dipercaya dan diakui.
Mereka yang
menjunjung tinggi kebenaran dan yakin pada kebenaran pasti akan membela
mereka yang benar. Lain lagi kalau urusan "peng", itu, sih tergantung
ke mana angin membawa banyak uang untuk kantong pribadi. Olah-olah
kecil, sedang, dan besar untuk urusan seperti ini, biasa terjadi.
Maklum, banyak yang merasa dan mengaku ekslusif dan elite namun
sesungguhnya tak ada apa-apanya, sehingga nyaringlah bunyinya, ya?!
Di
sisi lain, saya sangat menganjurkan agar ke depannya, Partai Aceh dan
para pejuang Aceh serta semua yang benar-benar Aceh sejati, hendaknya
lebih membuka diri untuk urusan arsip dan sejarah. Adalah hak dan
kewajiban bagi generasi muda Aceh untuk mengetahui yang
sebenar-benarnya tentang Aceh, para pahlawannya, dan para pejuangnya
dari semua bidang yang membuat Aceh berhasil dan berjaya. Sudah terlalu
lama semua ini ditutupi dan diputar balik, sehingga Aceh seperti
sudah tidak mengenal dirinya sendiri. Sudah terlalu banyak yang merasa
lebih bangga dengan menjadi yang lain, tidak memiliki rasa hormat dan
harga diri, sangat mudah goyah dan terus saling menjatuhkan karena
tidak memiliki jati diri yang kuat, dan bahkan sama sekali tidak
memiliki hati dan cinta untuk Aceh-nya sendiri.
Banyak
alasan bisa dibuat untuk dijadikan alasan, apalagi bila terus
membandingkannya dengan bangsa dan negara lain, tetapi siapakah yang
telah membuat semua ini bisa terjadi? Bila pun memang terjadi pembodohan
dan pemutarbalikkan fakta dan sejarah, kenapa sampai ada orang Aceh
sendiri yang tega melakukannya?! Tidak mungkin nasional ataupun asing
mampu melakukannya bila tidak memiliki kaki tangan yang kuat di Aceh
sendiri. Untung saya bukan orang Aceh, saya bisa lebih keras dalam
bersikap terhadap para penghianat ini. Lebih baik hilang satu dan
sekelompok daripada lebih dari empat juta masyarakat Aceh menjadi
korban. Siapapun yang melakukannya, sama sekali tidak patut untuk
dihormati, perbuatannya pun sudah sangat tidak terhormat, kok! Jahat!!!
Jika
tidak dilakukan pembenahan sesegera mungkin, maka sulit bagi Aceh
untuk dapat kembali berjaya. Sudah terlalu lama Aceh "hilang" dan kapan
lagi mau bangkit?! Masa yang lalu biarlah berlalu namun hendaknya
tidak pernah dilupakan begitu saja. Jadikan pelajaran berharga dan
fokuslah dengan masa yang akan datang. Prioritas tetap utama, kebenaran
adalah mutlak, dan idealisme haruslah dipegang teguh dan tanpa
kompromi. Perjuangan Hasan Tiro sendiri pun karena melawan dusta dan
kebohongan, kebenaranlah yang menjadi keyakinan dan pegangannya,
sehingga idealismenya pun tak akan pernah goyah sedikit pun. Begitulah
yang saya tangkap tentang perjuangan seorang Hasan Tiro dari yang
diceritakan oleh Dr. Zaini Abdullah. Keren banget, ya!
Tentunya
semua disesuaikan dengan posisi, waktu, dan tempat serta keadaan
sekarang ini. Sekarang, kan, Aceh sudah damai, maka tentunya itu dulu
yang diutamakan. Perang terus juga tidak akan berbuah apa-apa selain
dendam, duka, dan derita. Sebuah bangsa yang dipenuhi dengan damai
adalah bangsa yang merdeka. Bahagia itupun akan senantiasa membuahkan
keindahan yang abadi.
Arsip, sejarah, dan menulis
tentang apa yang benar akan membantu mempercepat perbaikan keadaan.
Seperti yang disampaikan juga oleh Dr. Zaini, bahwa ketekunan Almarhum
Hasan Tiro di dalam mengumpulkan arsip serta dokumentasi sejarah Aceh,
dan kerja kerasnya di dalam berpikir dan menulis, membuat beliau
menjadi pribadi yang sangat hebat. Boleh saya katakan, pemikiran Hasan
Tiro adalah salah satu yang terbaik di Indonesia dan di dunia. Oleh
karena itulah, saya jatuh cinta pada beliau.
Dari
kesimpulan setelah mempelajari Aceh sejak tahun 1993, yang seringkali
saya uraikan dalam tulisan, saya berani mengatakan bahwa bukan
perjuangan fisik dan materilah yang telah memenangkan Aceh, namun
kehebatan pemikiran yang menghasilkan strategi dan juga hasil-hasil
karya ilmiah dari berbagai bidang. Mudah sekali untuk menghancurkan
fisik dan materi, tetapi hati dan pemikiran yang penuh dengan
keyakinan tidak akan pernah bisa dihancurkan begitu saja. Jadi, jangan
sombonglah mengaku hebat meski berkuasa dan memiliki jabatan serta
uang banyak, bila tidak mampu juga membuktikannya lewat pemikiran dan
sikap ke-Acehan yang sejatinya. Malulah pada Wali Nanggroe kalian,
wahai Aceh!!!
Bayangkan,
beliau dulu harus rela meninggalkan semua materi dan bahkan istri
serta anaknya hanya untuk memperjuangkan apa yang diyakini sebagai
sebuah kebenaran. Beliau juga terus berpikir lewat menulis meski dalam
kegelapan dan hanya menggunakan lampu minyak atau lilin hanya untuk
dapat terus membela Aceh. Beliau harus keluar masuk hutan dan makan ala
kadarnya karena kesetiaan dan dedikasinya terhadap Aceh.
Masa
sekarang, saat teknologi sudah modern, laptop, internet, ipad, dan bb
di mana-mana, hanya sibuk dipakai untuk chat dan pacaran saja?!
Listrik meski sering mati tapi masih banyak penerangan yang lebih
canggih dari lampu minyak, kan?! Makan pun tidak sesulit di hutan,
sekolah dan belajar bisa di mana-mana, bahkan sudah sangat
tinggi-tinggi, tapi mana hasilnya?! Biarpun ada, apa sebanding dengan
pengorbanan yang dilakukan oleh Hasan Tiro?! Duh, saya sendiri harus
mengakui, saya malu betul!!!
Sekali lagi, saya bukan
orang Aceh tapi saya ingin sekali melihat Aceh ini berjaya kembali.
Disadari tidak disadari, diakui tidak diakui, pengatuh Aceh pada
Indonesia sangat besar sekali. Aceh adalah contoh dari bagaimana
Indonesia secara umum. Apa yang terjadi di Aceh selalu saja merembet
ke daerah yang lainnya dengan disesuaikan pada kondisi masing-masing
tentunya. Sehingga, bila ada yang bertanya, apa kepentingan saya atas
Aceh ini?! Saya tidak memiliki kepentingan apapun selain saya ingin
melihat seluruh masyarakat Indonesia memiliki jati diri sepenuhnya dan
tiada lagi harus ada dusta yang membodohi. Biar bagaimanapun juga,
the truth is the truth and nothing but the truth.
Jika
memang ingin Aceh seganteng Hasan Tiro, maka belajarlah untuk
menghargai, menghormati, dan mempelajari sejarah dengan baik.
Menulislah karena tidak ada seorang pun di dunia ini yang memiliki
pemikiran hebat, yang tak mampu untuk menulis dengan baik dan benar
sepenuh hati dan jiwa untuk kemuliaan dan kehormatan semua sebagai
makhluk ciptaan Tuhan. Ingatlah selalu, fisik dan materi bukanlah yang
utama meski diperlukan bila memang ingin menjadi terhormat tetapi
hati dan jiwa yang penuh dengan cinta dan ketulusan.
*) Penulis buku "Ayahku Inspirasiku", atjehpost.com
Sumber Kutipan : http://www.atjehcyber.net/