Jika Anda penikmat sejarah Aceh, pasti tidak asing dengan istilah Aceh Moorden. Sebutan tersebut dipopulerkan oleh R.A. Kern, salah seorang penulis berkebangsaan Belanda. Kern memang ingin menggambarkan dalam penelitian tersebut bahwa orang Aceh itu “gila” alias “pungo”, atau crazy (Inggris), berdasarkan bukti-bukti yang diamati dan analisisnya tersendiri.
Kosa kata “pungo” sudah sangat tua, setua masyarakat Aceh sendiri. Sebagian orang luar Aceh mengerti kata ini. Sehingga kalau bertemu dengan orang Aceh yang melakukan hal-hal di luar batas kewajaran menurut akal sehat, mereka spontan berujar, “Aceh Pungo” sambil geleng-geleng kepala keheranan.
Benarkah (orang) Aceh itu “pungo”? Ada beberapa catatan kami tentang hal ini. Pertama, sikap ke-pungo-an orang Aceh yang ditunjukkan dalam sejarahnya yang heroik. Betapa daerah ini tak pernah menyerah di hadapan kolonialis, Belanda, sepanjang sejarah kolonialisme.
Rentang waktu yang memadai untuk mengalami “belandaisasi” sebagaimana daerah lain di nusantra. Banyak serdadu Belanda direkrut dari penduduk Jawa, lalu dikirim ke Aceh. Konon Aceh adalah satu-satunya kawasan Hindia-Belanda yang tidak takluk kepada kompeni. Oleh sebab itu, Soekarno menjadikannya sebagai bukti bahwa Indonesia masih tetap berdaulat. Itu pula alasannya mengapa Aceh disebut sebagai daerah modal. Ternyata pungonya orang Aceh menjadi modal kedaulatan bagi Indonesia.
Kedua, mujahid Aceh terkenal Teuku Umar, pernah bersikap gila dalam perjalanan jihadnya melawan “kaphe” (kafir) Belanda. Ia dianggap “pungo” karena membelot kepada Belanda....dan seterusnya...
Sumber : http://
Tidak ada komentar:
Posting Komentar